Begitu Orde Baru tumbang, Partai Amanat Nasional (PAN) berdiri dengan dukungan sejumlah tokoh gerakan reformasi yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat (MARA). MARA sendiri merupakan organisasi untuk mewadahi kerja sama berbagai organisasi ataupun perorangan yang mempunyai komitmen terhadap gerakan reformasi di Indonesia saat itu. Setidaknya, terdapat 50 tokoh MARA yang terlibat dalam pendirian PAN, di antaranya Amien Rais, Faisal Basri, Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Rizal Ramli, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, AM Fatwa, Zoemrotin, serta Alvin Lie Ling Piao. Salah satu prestasi terbaik PAN tercatat pada Pemilu 1999. PAN mampu meraih dukungan sebanyak 7.528.936 suara atau setara dengan 7,11 persen dari jumlah seluruh pemilih Pemilu 1999 (105.845.937 pemilih) dan mendapatkan 34 kursi DPR. Meski tidak menjadi partai peraih suara terbanyak, perwakilan PAN di DPR mampu menggalang kekuatan politik “Poros Tengah” yang terdiri dari kekuatan partai berbasis massa Islam, seperti PKB dan PPP. Hasilnya, poros ini mampu membendung kekuatan partai pemenang Pemilu 1999, PDI Perjuangan, dalam upaya perebutan kursi kepresidenan. Selain itu, Amien Rais yang saat itu menjabat Ketua Umum Pan juga terpilih sebagai Ketua MPR 1999-2004. Saat ini, PAN dipimpin Zulkifli Hasan (Zulhas) yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Menteri Perdagangan. PAN menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan spiritual. Cita-cita partai juga berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan serta menganut prinsip nonsektarian dan nondiskriminatif. PAN memiliki azas “Ahlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam”.